SELAMAT DATANG di Rumah Rakyat"PDP DKI Jakarta" Jl.Mampang Prapatan Raya No 2A, Mampang, Jakarta - Selatan. Merdeka..Merdeka..Pembaruan..Jaya..PDP..Menang..Bergerak Bersama Rakyat

Sunday, February 17, 2008

Belajar Ber- Demokrasi - A fatih Syuhud

A fatih Syuhud

A. Fatih Syuhud dalam dunia blog Indonesia sudah sangat dikenal. Fatih bisa di bilang sebagai 10 blogger terbaik di Indonesia. Ini dibuktikan dengan website – website nya yang banyak di kunjungi para pembaca blogger dan juga bervariasi ada dalam bahasa Indonesia http://afatih.wordpress.com/ dan bahasa Inggris http://fatihsyuhud.com/.


Kali ini tim PDP mengambil artikel yang menarik mengenai : Belajar Ber – Demokrasi nya A Fatih Syuhud. Memasuki tahap awal penilaian DepHukHam menuju Pemilu 2009 yaitu musim verifikasi, yang akan berakhir melalui penyerahan data- data partai -partai baru pada tanggal 27 Februari 2008 ini. Artikel ini dapat menjadi pemanasan untuk dibaca dan di pahami oleh seluruh rakyat Indonesia yang ingin keluar dari keterbelitan persoalan multi dimensi persoalan bangsa. Selain itu juga ada link mengenai Demokrasi yang akan menambah wawasan kita sebagai warga negara Indonesia. Artikel ini di copykan dan juga bisa baca langsung ke Website Afatih :

Artikel :


Bangsa Indonesia sedang belajar berdemokrasi. Dikatakan belajar karena baru sejak turunnya Suharto dan ambruknya Orba pada 1998, kita baru mulai berdemokrasi. Kalau 1998 dianggap sebagai lahirnya demokrasi, berarti ia baru berusia sepuluh tahun. Masih baru kelas 4 SD. Karena itu, kita jadi sedang mengeja kata perkata; dan tersendat memaknainya. Termasuk dalam hal ini kita-kita yang pelajar, mahasiswa maupun yang sudah sarjana.Dan karena itu pula kita sering salah kaprah dalam mengamalkan spirit demokrasi.
Inti dari demokrasi adalah (1) pemerintahan oleh rakyat (via pemilu); dan karena itu (2)penguasa terpilih tidak boleh lepas dari dan harus terbuka terhadap kritik pihak yg memilihnya (yaitu rakyat); dalam hal ini kritik rakyat (via media, blog, milis atau sms) dianggap sebagai pilar utama ke-empat demokrasi (the fourth estate of democracy)–di samping eksekutif, legislatif dan yudikatif;(3) freedom of speech/expression yg bermakna rakyat bebas mengatakan / mengutarakan apapun yg mereka mau, selagi hal itu tidak merusak/mengganggu keamanan rakyat yg lain.
Oleh karena itu, spirit demokrasi menuntut penguasa untuk berusaha keras berlapang dada menerima kritik dalam bentuk apapun: konstruktif maupun destruktif; halus maupun kasar; langsung atau “tembak-samping” (minjam istilah Sorimonang).
Itulah konsekuensi seorang pemimpin demokratis: merelakan dan membiasakan perasaan anda menerima apapun yg dikatakan rakyat; membiasakan membuka kuping lebar-lebar terhadap pujian dan makian. bila anda lulus, anda akan jadi pemimpin besar dan seorang demokrat sejati. bila anda tidak kuat dan anda melakukan pelarangan/pemboikotan sana sini, maka anda akan jadi pemimpin kecil dan kerdil yg akan terbenam di kompetisi kepemimpinan nasional kelak.
Di sisi lain, rakyat juga musti tahu diri dalam mengutarakan kritiknya. harus bisa membedakan mana masalah besar dan masalah kecil. mana masalah yg menyangkut kepentingan umum/bersama dan yg pribadi. sebab, bila semua hal (kecil/besar; kepentingan umum/pribadi) kita kritik, kita akan dianggap orang yg cerewet; bukan kritis. bila ini terjadi, maka kredibilitas kitapun akan jadi korban.


Di samping itu, hal yg perlu diperhatikan adalah bahwa kritik umumnya diarahkan ke institusi/lembaga atau penguasa yg memimpin institusi/lembaga itu. kita mengeritik mereka dg alasan yg jelas: krn. mereka langsung atau tidak langsung adalah pengemban amanah rakyat; mereka menjadi manajer dari perusahaan (baca, negara) milik rakyat. dan karena itu, mereka harus mempertanggungjawabkan segala tindakan yg mereka lakukan.


Jadi, yg dikritik bukanlah sesama rakyat. mengeritik sesama rakyat saya kira bukanlah sikap kritis; tapi sikap yg cerewet dan lebih berat ke unsur gosipisme. apapun alasannya. suatu sikap yg selalu dijauhi oleh siapapun yg ingin menjadi intelektual pembawa aspirasi rakyat. karena itu, bila kita hendak mengeritik seorang individu (bukan penguasa) hendaknya langsung diarahkan secara pribadi ke yg bersangkutan tentu dg cara yg baik sesuai dg anjuran agama dan tatanan sosial kita masing2. Kita sering menderngan para dai mengutip sejumlah ayat2 Quran bagaimana cara “menasihati yg baik” antar sesama individu.






No comments: